Tapering Off, Cermati Pergerakan Pasar Hari Ini, Berlaku Untuk Semua Pair.

shape image

Tapering Off, Cermati Pergerakan Pasar Hari Ini, Berlaku Untuk Semua Pair.

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang menggembirakan. Hijaunya Wall Street bisa membuat mental bertanding investor di Asia menjadi siap tempur.

Kedua, pelaku pasar juga perlu mencerna keputusan rapat FOMC kali ini. Soal tapering sudah jelas, bakal berkurang US$ 15 miliar setiap bulannya. Dengan kecepatan ini, tapering akan rampung dalam delapan bulan, persis dengan ekspektasi.

Seperti yang disebut sebelumnya, tapering sepertinya sudah masuk hitungan pelaku pasar. Semua sesuai ekspektasi, tidak ada kejutan. Pelaku pasar sudah menyesuaikan diri dengan baik

"Ada beberapa alasan pengetatan kebijakan moneter di AS tidak akan menyebabkan eksodus arus modal asing di negara berkembang seperti 2013. Pertama, yield (imbal hasil) obligasi pemerintah AS sekarang malah turun, tidak seperti taper tantrum 2013. Kedua, pelaku pasar punya waktu berbulan-bulan karena The Fed telah melakukan komunikasi sebelumnya.

"Ketiga, ketahanan eksternal negara-negara berkembang sekarang semakin kuat sehingga mampu meredam tekanan. Defisit transaksi berjalan (current account deficit) membaik, demikia pula cadangan devisa. Keempat, kredibilitas bank sentral negara-negara berkembang pun kini lebih kuat," papar riset Citi.

Oleh karena itu, rasanya dampak tapering ke pasar keuangan Asia (termasuk Indonesia) bakal minimal. Risiko koreksi tentu ada, tetapi kok kemungkinan tidak sampai terjadi aksi jual massal (sell-off). Semua aman terkendali bin kondusif.

'Belanda' memang sudah di depan pintu, tidak lagi masih jauh. Namun kini pelaku pasar sudah siap 'tempur', tidak grasa-grusu seperti taper tantrum 2013.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah setelah tapering selesai The Fed akan langsung menaikkan suku bunga acuan? Sebab, kenaikan suku bunga acuan di Negeri Paman Sam juga bakal 'menggoyang' pasar keuangan dunia, karena arus modal akan 'pulang kampung' ke sana mencari cuan dari suku bunga yang lebih tinggi.

Untuk itu, mari kita simak pernyataan Powell dalam jumpa pers usai rapat. Menurut Powell, sekarang belum saatnya bicara soal kenaikan suku bunga karena pasar tenaga kerja harus dipulihkan terlebih dulu.

"Orang-orang masih belum masuk ke pasar tenaga kerja karena Covid-19. Masih ada ruang untuk menuju maximum employment (penciptaan lapangan kerja yang maksimal," kata Powell.

Kemudian soal inflasi, yang juga penting dalam hal penentuan arah suku bunga acuan. Meski secara umum The Fed menilai percepatan laju inflasi hanya sementara (transitory) belaka, tetapi Powell melihat ada risiko tekanan inflasi akan terus membayangi.

"Kami melihat inflasi yang tinggi bisa persisten. Kami harus siap merespons risiko tersebut. Kami memposisikan diri untuk merespons berbagai hal yang mungkin terjadi," ungkap Powell.

The Fed, lanjut Powell, akan menggunakan berbagai instrumen untuk mengendalikan laju inflasi. The Fed ingin memastikan bahwa inflasi yang tinggi jangan sampai benar-benar menjadi hal yang permanen, sebab akan memukul masyarakat berpendapatan rendah.

Nah, untuk menekan laju inflasi, salah satu kebijakan yang bisa ditempuh adalah menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga akan menyerap likuiditas berlebih di sistem keuangan. Uang beredar berkurang, inflasi (diharapkan) bisa melambat.

Jadi, kapan Federal Funds Rate akan naik?

"Kalau kami memang perlu menaikkan suku bunga, kami akan bersabar. Namun kami juga tidak akan ragu-ragu," tegas Powell.

Sumber: CiTi, Reuters & Rilis Resmi The Fed